Kamis, 06 April 2017

"Jadikan Berarti"-

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Di bawah ini saya memaparkan tentang bagaimana cara menyampaikan pesan baik berupa informasi atau semacamnya kepada orang lain yang tentunya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pribadi saya.
          Sebelum masuk ke inti jika menggunakan Handphone sebaiknya gunakan layar landscape untuk membaca artikel ini agar terlihat jelas. Skefo yah! Saya menulis ini pada hari kamis malam jam 1.04 wita, oh maaf sudah masuk hari jumat ternyata 7 April 2017. Saya nulisnya tengah malam karena sebelumnya si nyonya Siti Hajar minta  panflet penerimaan anggota di organisasinya itu di revisi, yah karena saya baik hati jadinya saya revisikan sebelum lanjut menulis. 

Oh iya jangan lupa mendaftar jadi relawan komunitas Koin untuk Negeri yah, mari melihat Indonesia dari sudut negeri asikkk. Tenang meko Sitti Hajar ku promosikan komunitasmu ini, kutunggu royaltinya nah.
Sekarang  di intinya.
Sadar atau tidak sadar Ada dua alasan yang mendorong manusia untuk mencari pengetahuan. Pertama, pengetahuan digunakan untuk mempermudah aktifitas keseharian dalam menjalankan kehidupannya dan mengetahui kejadian-kejadian alam baik sebelum, sedang berlangsung maupun setelah berlangsung. Kedua, pengetahuan itu digunakan untuk memberikan informasi kepada orang lain dalam hal ini interaksi sosial.
Nah alasan yang kedua itulah yang mendasara saya menulis artikel ini. Banyak  orang keliru dalam menyampaiakan pesan berupa pengetahuan atau kebenaran disebabkan terfokus hanya pada apa yang disampaikan dan tidak pada bagaiamana menyampaikan pengetahuan itu. Makanya tidak jarang kita menemukan orang yang tidak memperhatikan ketika mendengar ceramah-ceramah, belajar didalam kelas, saat rapat dan lain-lain. Mereka mengikuti tahapan-tahapan hanya sebagai formalitas bukan kebutuhan. 
Apakah yang disampaikan hanyalah omong kosong sehingga mereka tidak mau memperhatikan? Tentu bukan. Ini karna kesalahan si penyampai informasi, dalam menyampaikan  informasi tidak memperhatikan si penerima informasi tapi hanya fokus pada apa yang disampaiakan. Padahal dalam penyampaian informasi fokus utama bukan hanya tentang apa yang disampaian tapi juga tentang bagaimana menyampaikan informasi tersebut.
Retorika modern Jalaluddin Rakhmat
                      Lalu bagaimana cara menyampaikan informasi atau pengetahuan? Ada beberapa langkah kalau kita merujuk pada buku Jalaluddin Rakhmat, sedangkan kalau menurut Aristoteles ada 3 yaitu ethos, pathos, dan logos yang saya malas membicarakan teori itu sekarang, bukan apanya ka tidak kumengerti juga saya belah, sok sokji kubilang biar terdengar keren coy. 
            Lanjut dulu, yang mau kubilang toh, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyampaikan pesan berdasarkan pengalamanku, pengalaman darimana? pengalamanku waktu sering naceramai mamakku yang tassambung sambung dari sabang sampai merauke. kalau sampai merauke kembelai lagi ke sabang sampaina lapar ceramah. astagfirullah, emosika Tuhan. 

Pertama, perhatikan audiens atau si penerima informasi, ketahui latar belakangnya karna biar pintar bagaimanaki ces kalau  tidak sesuai dengan latar belakang si pendengar tidak napeduliki, mau ki contoh? pergiki jelaskanki teori fisika  di penjual ikan. sampai jatuh gigita menjelaskan tidak bakal mengerti, bukan tidak mengerti lg tp tapi tidak mau mengerti.
                        Kedua (ini seriuska), kedua itu  penyusunan kalimat, Kalimat-kalimat yang digunakan harus tersusun dengan baik dan rasional sehingga penerima pesan mampu mengolah informasi dan membenarkannya. Sebagai contoh fenomena pacaran, banyak orang berusaha melarang untuk berpacaran dengan mengeluarkan kalimat “pacaran itu haram”, apakah berpengaruh? menurut saya tidak. Tapi seruan itu akan lebih berpengaruh jika kita mengatakan “Banyak hal yang bisah kita kerjakan tanpa berpacaran”, tujuannya sama cuman susunan kalimat yang berbeda. Yah bisa anda rasakan sendirilah perbedaannya. 
             Terakhir atau yang ketiga, selingi dengan candaan, siapa sih orang di dunia ini tidak suka dengan orang yang humoris? Tarik perhatian mereka dengan sesekali bercanda, sekali mereka terhibur maka anda mengambil perhatian mereka, tapi jangan sampai keluar dari konteks pembahasan.
itulah informasi yang bisa saya sampaikan berdasarkan pengalaman yang dilebih-lebihkan. wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jangan ada rasa risih saat membaca, ka pasti salah semua itu menurutta. nanti lanjut bagaimana jadi pendengar yang baik.




2 komentar: