"Jadikan Berarti"-
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Di bawah ini saya
memaparkan tentang bagaimana cara menyampaikan pesan baik berupa informasi atau semacamnya kepada orang lain yang tentunya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pribadi saya.
Sebelum masuk ke inti jika
menggunakan Handphone sebaiknya gunakan layar landscape untuk membaca artikel
ini agar terlihat jelas. Skefo yah! Saya menulis ini pada hari kamis malam jam
1.04 wita, oh maaf sudah masuk hari jumat ternyata 7 April 2017. Saya nulisnya
tengah malam karena sebelumnya si nyonya Siti Hajar minta panflet
penerimaan anggota di organisasinya itu di revisi, yah karena saya baik hati
jadinya saya revisikan sebelum lanjut menulis.
Oh
iya jangan lupa mendaftar jadi relawan komunitas Koin untuk
Negeri yah, mari melihat Indonesia dari sudut negeri asikkk. Tenang meko
Sitti Hajar ku promosikan komunitasmu ini, kutunggu royaltinya nah.
Sekarang di intinya.
Sadar atau tidak sadar Ada dua alasan yang mendorong manusia untuk mencari
pengetahuan. Pertama, pengetahuan digunakan untuk mempermudah aktifitas
keseharian dalam menjalankan kehidupannya dan mengetahui kejadian-kejadian alam
baik sebelum, sedang berlangsung maupun setelah berlangsung. Kedua,
pengetahuan itu digunakan untuk memberikan informasi kepada orang lain dalam hal ini interaksi sosial.
Nah alasan yang kedua itulah yang mendasara saya menulis artikel ini. Banyak
orang keliru dalam menyampaiakan pesan berupa pengetahuan atau kebenaran disebabkan terfokus
hanya pada apa yang disampaikan dan tidak pada bagaiamana menyampaikan
pengetahuan itu. Makanya tidak jarang kita menemukan orang yang tidak
memperhatikan ketika mendengar ceramah-ceramah, belajar didalam kelas, saat
rapat dan lain-lain. Mereka mengikuti tahapan-tahapan hanya sebagai
formalitas bukan kebutuhan.
Apakah yang disampaikan hanyalah omong kosong sehingga mereka tidak mau
memperhatikan? Tentu bukan. Ini karna kesalahan si penyampai informasi, dalam
menyampaikan informasi tidak memperhatikan si penerima informasi tapi
hanya fokus pada apa yang disampaiakan. Padahal dalam penyampaian informasi
fokus utama bukan hanya tentang apa yang disampaian tapi juga tentang
bagaimana menyampaikan informasi tersebut.
Retorika modern Jalaluddin Rakhmat |
Lalu bagaimana cara menyampaikan informasi atau pengetahuan? Ada beberapa
langkah kalau kita merujuk pada buku Jalaluddin Rakhmat, sedangkan kalau
menurut Aristoteles ada 3 yaitu ethos, pathos, dan logos yang saya malas membicarakan teori itu sekarang, bukan apanya ka tidak kumengerti juga saya belah, sok sokji kubilang biar terdengar keren coy.
Lanjut dulu, yang mau kubilang toh, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menyampaikan pesan berdasarkan pengalamanku, pengalaman darimana? pengalamanku waktu sering naceramai mamakku yang tassambung sambung dari sabang sampai merauke. kalau sampai merauke kembelai lagi ke sabang sampaina lapar ceramah. astagfirullah, emosika Tuhan.
Pertama, perhatikan audiens atau si penerima
informasi, ketahui latar belakangnya karna biar pintar bagaimanaki ces kalau tidak sesuai dengan latar belakang si pendengar tidak napeduliki, mau ki contoh? pergiki jelaskanki teori fisika di penjual ikan. sampai jatuh gigita menjelaskan tidak bakal mengerti, bukan tidak mengerti lg tp tapi tidak mau mengerti.
Kedua (ini seriuska), kedua itu penyusunan
kalimat, Kalimat-kalimat yang digunakan harus tersusun dengan baik dan rasional
sehingga penerima pesan mampu mengolah informasi dan membenarkannya. Sebagai
contoh fenomena pacaran, banyak orang berusaha melarang untuk berpacaran dengan
mengeluarkan kalimat “pacaran itu haram”, apakah berpengaruh? menurut saya
tidak. Tapi seruan itu akan lebih berpengaruh jika kita mengatakan “Banyak hal
yang bisah kita kerjakan tanpa berpacaran”, tujuannya sama cuman susunan
kalimat yang berbeda. Yah bisa anda rasakan sendirilah perbedaannya.
Terakhir atau yang ketiga,
selingi dengan candaan, siapa sih orang di dunia ini tidak suka dengan orang
yang humoris? Tarik perhatian mereka dengan sesekali bercanda, sekali mereka
terhibur maka anda mengambil perhatian mereka, tapi jangan sampai keluar dari
konteks pembahasan.
itulah informasi yang bisa saya sampaikan berdasarkan pengalaman yang dilebih-lebihkan. wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Jangan ada rasa risih saat membaca, ka pasti salah semua itu menurutta. nanti lanjut bagaimana jadi pendengar yang baik.
Etika dalam penyampaian juga penting
BalasHapusanda betul
Hapus